Senin, 13 Juni 2011

"We'll Always Together" =========> Indonesian Fanfiction [One Shot]

Title : We’ll always Together [OS]
Author : Mimiko Azukawa
Pairing : Yamada Ryosuke X Nishiuchi Mariya
Genre : Romance, Angast
Desclaimer : Mereka bukan milik saya. Yamadanya milik saya.*geplaked*. Mereka milik ortu mereka, diri mereka dan Agency mereka.
A/N : Terinspirasi dari salah satu fanvid yang dibuat oleh ‘VENUS’. Sedih banget pas nonton fanvid itu. Feelnya berasa banget. Hampir semua cerita aku ambil dari situ. Hehehe. Kuanjurkan dengerin lagu “Boku wa kimi ni koi wo suru”nya Ken Hirai saat kalian membacanya. And, gomen ne bagi yang ga suka pairing ini. Tak semuanya nyata, sebagian besar cuma khayalan belaka.
Douzoo....

******
WE’LL ALWAYS TOGETHER

Perasaan bersalah itu selalu bersemayam dalam hatinya. Setiap saat dalam detik-detik hidupnya. Kenapa semua itu harus terjadi pada kami? Pikirnya. Tak semua orang menginginkan semua itu terjadi. Termasuk dirinya dan dia. Orang yang sangat dia sukai. Orang yang sangt dia cintai. Dunia ini memang tak pernah adil. Andai pada saat itu, aku tak mengajaknya keluar, mungkin semua itu takkan pernah terjadi. Semuanya salahku. Tapi ia yang harus menanggung semuanya. Begitulah yang Yamada Ryosuke pikirkan setiap saat setelah kejadian DOnya Nishiuchi Mariya. Yamada Ryosuke yang bekerja dibawah naungan Johnny Kitagawa, Johnny and Associates. Management artis terbesar di Jepang. Dan menjadi member Hey! Say! JUMP.

Kejadiannya berlangsung satu tahun lalu. Ketika libur musim semi berlangsung. Sejak saat itulah mereka meresmikan hubungan mereka sebagai sepasang kekasih secara diam-diam. Yamada sudah memperingatkan kepada Nishiuchi tentang akibat terburuk jika hubungan mereka diketahui oleh pihak sekolah maupun managementnya. Tetapi, Nishiuchi tidak mempedulikannya. Karena dia mencintai Yamada. Dan Yamadapun juga mencintainya.

Sekolah mereka, Horikoshi Gakuen memang mempunyai peraturan yang sangat ketat. Murid perempuan dan laki-laki tidak diperbolehkan melakukan interaksi secara bebas. Walaupun mereka sekelas peraturan tersebut tetap harus dipatuhi. Dan larangan untuk murid yang menjalin hubungan khusus. Apabila pihak sekolah mengetahui perkara tersebut, maka tidak tanggung-tanggung mereka akan dikeluarkan.

“Nishiuchi san,, kita keluar yuk....!!!” ajak Yamada lewat teleponnya.

“Yamachan,,,, jangan panggil aku seperti itu. Kan sudah kubilang panggil Mariya saja.”

“Ah, iya. Marichan. Jadi giman? Keluar yuk!” ajaknya lagi.

“Uuunn. Tapi bagaiman kalau ketahuan sama pihak sekolah ataupun pihak managementmu? Atau jika ada paparazi yang mengintai kita?” jawab Nishiushi agak gugup.

“Kita menyamar.” Jawab Yamada singkat.

“Uunn.... dimana kita ketemunya dan jam berapa?” tanya Mariya semangat.

“Eetto........ bagaimana jika di Cafe yang ada di sudut perempatan jalan menuju sekolah siang ini??” Usul Yamada.

“Uunn, okey....”

“Aku jemput ea....” tawar Yamada.

“Eee.... nggak usah. Nanti bisa ketahuan.” Jawab Mariya sambil memilah milah baju mana yang pantas untuk menemui pacarnya itu.

“Aaaa.... iya juga ya... hehehe.... jaa Marichan. Dandan yang cantik ya... xixixi...” tambah Yamada.

***Di Cafe***

Di Cafe itu Yamada mengenakan celana panjang coklat tua serta mengenakan kemeja warna putih yang dipadu dengan dasi dan Vest warna hitam membuatnya terlihat begitu kereeen, tidak lupa kacamata hitam dan topi yang menutupi hampir seluruh mukanya. Sudah 10 menit dia menunggu kedatangan Nishiuchi. Namun, pacarnya belum juga datang membuatnya begitu khawatir.Apakah terjadi sesuatu dengannya? Pertanyaan itu selalu datang dalam pikiran Yamada. Yamada mencoba menghubunginya namun tiba-tiba dari pintu Cafe muncul seorang cewek mengenakan mini dress warna putih dengan menambahkan jaket panjang warna coklat muda. Serta memakai jepit rambut yang lucu. Cocok sekali untuk rambutnya yang bergelombang panjang terurai, membuatnya semakin manis. Tak lupa juga kacamata hitamnya untuk menyamarkan wajahnya dari paparazi ataupun oranglain.

Terlihat semburat merah pada pipi Nishiuchi karena Yamada memerhatikannya begitu inten. Dengan cepat Nishiuchi menghampiri Yamada yang tengah duduk di kursi paling pojok dekat jendela. Yamada memilih posisi tersebut karena menurutnya memberi kesan romantis.

“Anooo,,,, Yamachan. Ada yang aneh ya??” tanyanya membuat Yamada terbangun dari acara memandangnya.

“Aaaa.. iie... kau terlihat sangat,,,,, manis.” Kata Yamada jujur dari lubuk hati yang paling dalam. Mariya terlihat cantik mengenakan mini dress tersebut. #ya iyalah cantik.. artissss ~sirik baget nich anak~#
Segera saja Yamada mempersilahkan Nishiuchi duduk. Mereka berbincang-bincang panjang lebar. Membicarakan apa saja yang bisa dibicarakan.
Mulai dari hewan piaraan mereka sampai kegiatan apa saja yang akan mereka lakukan untuk menghabiskan liburan musim semi ini. Yang pastinya disibukan oleh pekerjaan mereka masing-masing sebagai seorang aktor dan aktris. Berakting dan mengisi acara tv.

‘JEPRET JEPRET’ terdengar suara kamera seseorang yang sedang mengambil foto. Orang tersebut terkekeh puas atas hasil kerjanya hari itu.


***Di Sekolah***

Hari ini liburan musim semi sudah berakhir. Dan merekapun harus menjalani kehidupan SMA mereka yang penuh dengan rahasia.

“Yamachan, kau dipanggil wali kelas. Kau dan Nishiuchi disuruh segera menemuinya di ruang guru.” Kata Yuto Nakajima yang menjabat sebagai ketua kelas 1-D, kelas mereka dan sekaligus teman segrupnya.

“Nandayo???” tanya Yamada yang terlihat agak kaget.

“Entahlah.” Jawab Yuto singkat sambil mengangkat kedua bahunya.

Segera saja Yamada menuju ke ruang guru disusul dengan Nishiuchi. Perasaan mereka tak dapat tenang. Pasti ada sesuatu yang sangat penting.

“Yamada-san, Nishiuchi-san. Tadi pagi saya menerima amplop yang berisi ini. Jelaskan apa maksudnya ini?” Wali kelas mereka menyosorkan beberapa foto yang disana terpampang foto dirinya dengan Nishiuchi waktu mereka berada di Cafe saat liburan musim semi kemarin. Mereka hanya saling tatap tak menjawab pertanyaan dari wali kelas mereka.

“Yamada-san, Nishiuchi-san. Kenapa hanya diam!? Cepat jawab! Foto apa ini?” tanya wali kelas mereka sekali lagi dengan nada yang dinaikkan. Dan merekapun tidak menjawab lagi. Hanya diam sambil menundukkan kepala mereka. Keringat dingan mulai membasahi telapak tangan mereka. Yamada melirik Nishiuchi beberapa detik hanya untuk memastikan keadaannya sekarang. Terlihat Nishiuchi menitikkan air matanya. Yamada tidak tega melihatnya seperti itu. Semua salahnya. Karena dialah yang memulai semua ini.

“Sensei, semua ini hanya salah paham. Waktu hanya kebetulan saja kami bertemu di tempat itu.” Jelas Yamada.

“Kebetulan!? Bagaimana dengan foto yang ini?” tanya wali kelas mereka sekali lagi sambil memilah foto yang tadi ia sodorkan. Ia menunjukkan foto Dirinya dengan Nishiuchi yang sedang bergandengan tangan keluar dari Cafe tersebut dan juga foto dirinya dan Nishiuchi yang sedang berpelukan.

“Itu... Itu pasti bukan kami!” Elak Yamada.

“Bagaimana bisa!? Pakaian yang dikenakan orang difoto ini sama persis dengan foto kalian saat berada di dalam Cafe tersebut.”

“Tap...Tapi.... mungkin itu Cuma kebetulan saja.” Elak Yamada sekali lagi.

“Mari kita selesaikan masalah ini dengan kepala sekoah!” kata wali kelas mereka sambil beranjak dari kursinya dan menuju ke ruang kepala sekolah.
Yamada dan Nishiuchi diam sejenak di ruang guru yang sepi itu.

“Marichan....semuanya pasti bisa kita selesaikan. Waratteyo!!” kata Yamada menyemangati. Ia genggam tangan Nishiuchi dan memeluknya. Nishiuchi membalas pelukannya dengan sangat erat. Takut jika mereka tak dapat bersama lagi.

“Nakanaideyo!!! Waratte, Marichan!!” Seburuk inikah hukuman yang harus kita dapatkan?? Walau hanya bertemu sekali saat libur musim semi.

Mereka memasuki ruang kepala sekolah dengan perasaan takut. Keringat dingin terus membasahi telapak tangan dan kening mereka.

“Sumimasen....” suara Yamada terdengar begitu gugup. Langsung saja kepala sekolah menyuruhnya masuk. Disana sudah ada wali kelas mereka.

“Yamada-san, Nishiuchi-san. Apa benar yang telah dikatakan oleh wali kelas kalian?” tanya kepala sekolah.

“Kenapa hanya diam saja? Berarti kalian mengiyakan.” Tegas kepala sekolah.

“Anoo.... itu semua,,, hanya kebetulan.” Bantah Yamada terbata-bata.

“Jelas sekali foto ini adalah foto kalian. Kalian sudah tahu konsekuensinya bukan. Jika siswa dan siswi Horikoshi Gakuen sampai terlihat jalan bersama seperti kalian ini, akan diDrop Out dari sekolah. Peraturan ini sudah berlaku sejak sekolah ini dibangun.” Jelas Kepala sekolah.

“Di Drop Out!!???” mereka tak percaya apa yang kepala sekolah katakan.

“Iya. Kalian akan di DO dari Horikoshi Gakuen. Semuanya sudah jelas. Sekolah mempunyai peraturan seperti itu jadi kita harus mematuhinya. Itulah konsekuensi yang kalian dapatkan karena melanggar aturan yang sangat penting.
“Tapi, Yamada-san kamu beruntung. Kitagawa-san meminta maaf kepada pihak sekolah atas perkara ini. Ia berjanji kejadian seperti ini tidak akan terjadi kembali oleh anak asuhnya. Jadi, kamu harus berterimakasih kepadanya. Karena kamu tidak akan di DO oleh sekolah.
“Dan, maaf Nishiuchi-san. Kamu kami keluarkan dari Horikoshi Gakuen.” Begitulah keputusan kepala sekolah.

“Kouchou-sama, anda tidak bisa begitu. Seharusnya sayalah yang anda keluarkan. Bukan Nishiuchi. Sayalah yang salah bukan dia. Jadi keluarkan saja......” belum sempat Yamada menyelesaikan ucapannya seseorang telah memasuki ruangan kepala sekolah.

‘PLAK’ orang itu menampar Yamada.
“Yamada, sudah beruntung kau aku lindungi agar tidak dikeluarkan dari sekolah. Masih bisa-bisa kau berkata seperti itu!? Biarlah dia yang di keluarkan dari sekolah.” Kata seorang lelaki tua yang menampar Yamada tadi. Yap, dia Johnny Kitagawa. Pemilik Agency tempat Yamada bekerja sebagai aktor.

Di saat itu pula pemilik agency Nishiuchi Mariya datang. Nishiuchi hanya diam dan menangis menyaksikan kenyataan yang ia alami hari ini. Di DO dari sekolah berarti tidak akan bertemu kembali dengan orang yang ia cintai.

“Kouchou-sama, maaf membuat keributan di kantor anda. Terima kasih atas keputusan yang sudah anda buat.” Kata Kitagawa-san sambil membungkukkan badannya. Dan pergi meninggalkan ruangan tersebut sambil menyuruh bodyguardnya membawa Yamada pergi meninggalkan ruang kepala sekolah menuju kantornya. Menjauhkannya dari gadis bernama Nishiuchi Mariya itu.

“Kouchou-sama, maafkan kami. Kami akan mengurus surat-surat kepindahan Nishiuchi Mariya.” Kata Pemilik Agency Nishiuchi.


****
Sudah lewat satu tahun kejadian itu berlangsung. Sekarang mereka menjalani kehidupan mereka sebagai Atris dan murid SMA biasa. Mereka hanya dapat memantau keadaan satu sama lain lewat siaran televisi maupun radio. Kitagawa-san menyuruh Yamada untuk mengganti alamat e-mail maupun no.teleponnya agar mereka tak dapat berhubungan kembali. Proteksi untuk Yamada juga diperketat menghindari adanya gosip-gosip tidak sedap.

Hari seperti biasanya. Latihan di Jimusho sehabis pulang sekolah. Yamada berlari dengan kencang menuju Jimusho sendirian karena Chinen dan Yuto sudah meninggalkanya.

‘BRUUUK’
“Ittai...” terdengar suara orang merintih kesakitan.

“Mari-chaan!!!” Yamada kaget. Tak percaya dengan sosok yang sekarang berada didepannya itu.

“Yama-chan!” begitu pula dengan Nishiuchi.

“Eetto,,,, hisashiburi desune....”kata Yamada sambil berusaha berdiri dan mengulurkan tangannya membantu Nishiuchi berdiri.

“Hisashiburi mo, Yamachan.. ^^. Genki desuka?” terlihat rona merah pada pipi Nishiuchi.

“Uunn. Hai. Kimi wa?”

“Genki mo.” Jawab Nishiuchi dengan ceria.

Suatu keberuntungan yang baik bagi mereka. Un ga ii desu,ne. Setelah satu tahun tak berjumpa. Saat ini mereka telah dipertemukan kembali di tempat yang sama saat kejadian awal perkara DO waktu itu. Di depan Cafe.

“Yamachan, kok sepertinya kau tergesa-gesa sekali?” Tanya Nishiuchi tiba-tiba.

“Aaaaa...... Yabaiiiii...... Yabu-kun bisa memarahiku abis-abisan. Mari-chan, aku duluan ya. Gomen. Aku harap kita bisa ketemu lagi. Sayonara....” Kata Yamada lalu berlari menuju Jimusho.

‘Kebiasaan. Xixixixi...’ tanpa sadar Nishiuchi terkekeh sendiri. ‘Aku juga berharap demikian.’


***Jimusho***

“Minna~,,,, gomen telaaaatt....!!!!!” semuanya kaget oleh kehadiran makhluk yang satu itu.

“Tumben ceria sekali, Yamachan.” Kata cowok kawaii yang selalu bersamanya. Chiinen.

“Biasa aja kok.” Jawabnya sambil senyam-senyum tak jelas..

“Aah ga mungkin, pasti terjadi sesuatu yang menyenangkan.” Olok cowok bergigi gingsul yang lebih tua darinya.

“Minna, kita istirahat lagi 5 menit ya...” kata cowok tinggi nan tirus yang merupakan member tertua dan ketua HSJ.

“Yabu-kun... nyalakan TV nya dong....” perintah Ryuu. Segera saja Yabu menyalakan TV di ruangan tersebut.

“Acara apaan sich itu? Membosankan. Ganti dong Yabu-kun!!” perintah Ryuu lagi.

“Unn,,, “ tanpa protes sedikitpun Yabu memindah channelnya.

“Eeeittt... Matte!!! Kembaliin ke Channel yang tadi!” Kata yamada tiba-tiba.

“Ada apa Yamachan??” tanya Chii lagi. Dan merekapun sekarang menonton siaran itu.

‘Selamat Sore Pemirsa. Sore tadi, sekitar pukul 4.15 di depan Cafe yang berada di sudut perempatan jalan menuju Horikoshi Gakuen terjadi kecelaan. Saksi mata mengatakan bahwa ada mobil yang melintas dengan kecepatan tinggi dan melanggar rambu lalu lintas sehingga menabrak seseorang yang sedang menyebrang. Korban seorang cewek yang merupakan salah satu artis terkenal, Nishiuchi Mariya. Si pelaku melarikan diri dan sekarang sedang dalam proses penyelidikan.” Berita tiu membuat Yamada syok. Bukannya tadi, baru saja mereka bertemu? Sebelum akhirnya ia meninggalkannya. Bukannya tadi baru saja Mariya tersenyum kepadanya? Dan menanyakan keadaannya? Kenapa semua ini harus terjadi????

Segera saja Yamada melangkahkan kakinya keluar dari ruangan Jimusho menuju ke tempat kejadian itu. Memastikan bahwa korban itu bukanlah Mariya. Gadis yang selama ini ada dalam hatinya.

Sesampainya di tempat kejadian, disana sudah ada banyak orang berkerumunan. Yamada mencoba mendekat. Menguatkan hatinya. Masih dengan harapan kecilnya bahwa itu bukanlah Mariya.

“Tidaaak.... Mari-chan! Mari-chan! Bangunlah! Ini aku Yamada. Tadi kita baru saja bertemu ‘kan?? Mari-chaaaan!!!!!” yamada berteriak mencoba membangunkan Mariya yang tergeletak bersimpah darah. Namun apa daya, Tuhan berkehendak lain. Nyawa Mariya sudah dicabut oleh Yang Maha Kuasa. Yamada tak dapat membendung air matanya. Ia menangis sambil memeluk jasad tersebut. Tak lama kemudian Ambulance datang. Yamada ikut dalam Ambulance tersebut. Menggenggam tangan Nishiuchi dengan erat. Berharap ada keajaiban datang.

“Mari-chaan,,, kenapa semua ini harus terjadi padamu??? Seharusnya aku yang mengalami kejadian semua ini. Kau tidak pantas menerima semua ini.” Kata Yamada pada Nishiuchi yang masih berbaring di Ambulance. Perasaan bersalah satu tahun yang lalu masih menyelimutinya. Ia masih ingin melihat Nishiuchi tersenyum manis kepadanya seperti masa-masa satu tahun yang lalu. Ia sangat rindu saat-saat seperti itu. Namun semuanya sudah berakhir sekarang. Harapannya hanyalah harapan kosong.

Sehari setelah pemakaman Nishiuchi Mariya, Yamada mengunjungi makam Nishiuchi. Membawakan sebuket bunga lili putih yang dibungkus dengan rapi. Menaruhnya diatas makam mantan kekasihnya yang masih ia sayangi seraya bergumam, ”Mari-chan, aku harap kau dapat mendengarku. Aku masih belum dapat mempercayai semua ini. Masih besar kesalahan yang kubuat kepadamu. Kenapa bukan aku saja yang mengalami semua ini!? Kenapa harus kau!?” bayangan gadis memakai gaun putih muncul dihadapan Yamada.

“Yamachan, kau tidak bersalah. Jangan bilang begitu kepadaku. Aku pantas menerima semua ini. Jangan pernah kau berbicara seperti itu lagi. Jangan pernah menyalahkan dirimu sendiri. Semuanya takdir. Takdir yang sudah seharuskan terjadi. Semuanya sudah diatur bukan!?” siluet gadis itupun tersenyum kepada Yamada dan semakin lama semakin menghilang dari hadapannya. Yamada hanya terdiam dan menangis di makam Nishiuchi. Berada disana cukup lama hanya untuk mengenang masa lalunya. Sampai hujanpun turun membasahinya, sehingga ia harus segera pulang.

Pikirannya kosong. Kakinya melangkah tak tentu arah hingga akhirnya sampai di depan Cafe tempat pertemuaannya dan tempat perpisahannya dengan Nishiuchu Mariya. Tidak ada keinginan untuk memasuki Cafe tersebut. Dia hanya diam di depan Cafe sambil memerhatikan keadaan sekitar. Sorot matanya menangkap sesuatu yang membekas di zebra cross di depan Cafe. Bekas darah. Darah Nishiuchi Mariya. Tanpa pikir panjang, Yamada menuju ke Zebra Cross itu. Keadaan disana sangat ramai oleh kendaraan yang lalu lalang. Suatu keberuntungan, kita akan selamat jika menyebrang pada zebra cross itu tanpa mematuhi rambu lalu lintas.

‘BRAAKK’ suara mobil menabrak sesuatu terdengar begitu jelas. Sebuah mobil telah menabrak Yamada. Kepala Yamada membentur tepi trotoar dengan keras membuat kepala mengeluarkan sesuatu berbau anyir dan berwarna merah segar dan kental. Darah. Seketika itu pula Yamada tak sadarkan diri. Mobil yang sama yang menabrak Mariya di tempat itu pula.

Seminggu Yamada dirawat dirumah sakit sebelum akhirnya ia dimakamkan ditempat yang sama dengan makam Nishiuchi Mariya. Lebih tepatnya di sebelah makam Nishiuchi Mariya.

“Cinta mereka akan abadi selama walaupun dialam yang berbeda dengan alam kita sekarang.” Kata cowok imut nan kawaii #apa bedanya coba# sahabatnya sambil mengusap air matanya yang jatuh.

“Uuun... Mereka tak dapat dipisahkan. Sekarang tidak akan ada seorangpun yang akan melarang mereka, termasuk Kitagawa-san.” Kata Yuto sahabat masa kecilnya.

Pada saat itu, siluet Yamada beserta Nishiuchi muncul sambil bergandengan tangan sambil tersenyum kepada mereka dan dengan cepat pula siluet mereka menghilang.

“Ne, Chii... Kau lihat barusan!!??” Tanya Yuto pada temannya yang satu itu.

“Uunn...” Kata Chii sambil tersenyum dan mengusap air matanya yang terus mengalir.


*****OWARI*****
Gomen jika banyak kata atau kalimat yang diulang-ulang. Hehehe.. Suatu keajaiban fic ini selesai lebih cepat dari biasanya. XXDD
Comment are love. No silent readers.....xp

"All Surprise" =========> Indonesia Fanfiction [One Shot]

Title          : All Surpise [One Shot]
Author      : Mimiko Azukawa
Genre       : Romance
Pairing      : Takaki Yuya X Kitano Minami

Gomen gomen gomen bagi yang ga suka romance…. Bedon nich. Geje banget nich fic. Ngebut ngebuatnya. Soalnya test juga. Ide juga ga ada. Payah lah…. Maklum ni baru debutku dalam dunia fanfic. Biasanya Cuma baca doang. Tapi sekarang  baru berani coba buat. Mohon dimaklumi ea… oh ya,, makasih juga buat Dian Sarimen yang sudah membantuku...... hontouni 39.......!!!!!
Oh ea,,, nich fic kubuat special untuk Takaki Yuya's Birthday.....  

お 誕生日おめでとう
Douzo….

Minami’s POV

Takaki Yuya. Yap itulah namanya. Banyak orang yang takut kepadanya. Entah kenapa, mungkin karena tampangnya yang terkesan garang dan dingin. Dan jarang bicara dengan orang lain kecuali jika itu hal yang penting. Tapi menurutku dia keren kok. Menurutku, cowok seperti itu pasti dalamnya baik hati. Hehe… Pikirku benar-benar gila.

“Woi Mina-chan! Bengong terus, nanti kesambet lho!” kata teman sekalasku, namanya Nishi Yumi. Ngagetin aja nich anak.

“Eh Yumi… Hehe.” Jawabku sambil memasang muka cengengesan. Lalu melanjutkan kegiatanku tadi, memandang lurus ke depan sambil cengengesan sendiri.

“Lagi ngelamunin apa sich?” tanyanya sambil memerhatikan wajahku lalu memandang ke arah tatapan mataku.

“Ckckck…. Mulai lagi nich si Mika.”

“Apaan sich!?” sekarang mukaku pasti sudah memerah. “Tapi si Yuya itu keren kan? Walaupun luarnya kayak gitu tapi dalamnya pasti baik.” Jelasku pada Yumi

“Emang sudah ada buktinya?” Tanya Yumi dengan nada ‘agak’ menantang.

“Ya belum sich. Tapikan kebanyakan orang kayak gitu pasti baik, kayak di komik-komik gitu.” Yumi pasti jengah dengan sikapku ini. Karena aku yang cewek baik-baik (katanya) bisa suka dengan cowok garang seperti itu. Biarin. Namanya juga suka, mau gimana lagi coba?

Ding Dong…..

Bel masuk pun berbunyi. Kami yang dari tadi makan di tamanpun segera bergegas menuju ke kelas. karena sekarang jamnya Chiaki sensei bisa gawat nanti kalau kami terlambat masuk ke kelas. Kami harus cepat-cepat ke kelas sebelum Chiaki sensei yang terlebih dahulu masuk.

“Yumi, ayo cepat! Keburu Chiaki sensei yang masuk duluan. Nanti kita bisa disuruh bersih-bersih WC sekolah.” Kataku pada Yumi sambil menghabiskan ice cream yang tadi mau aku makan tapi bel sudah mengejarku.

“Mina, kamu duluan aja! Aku lupa belum bayar nich makanan. Nanti kalau Chiaki sensei sudah masuk bilangin aja aku di toilet sakit perut. Dah, sana cepetan!” pintanya sambil lari menuju kantin.

“Uun.” Akupun berlari menuju kelasku lewat jalan pintas. Berharap Chiaki sensei belum datang. Namun,,,,

‘GUBRAAK’ tak sengaja aku menubruk seseorang karena aku berlari tanpa memerhatikan sekitar. Maklum mataku cukup sipit untuk memerhatikan sekitar.

“Auw…. Ittai.” Keluhku sambil memegangi kepalaku yang sakit. Dan setelah aju sadar. ‘DEG’ apa-apaan posisi ini!? Kuberanikan diriku untuk melihat siapa orang yang aku tindih ini….

“TAKAKI YUYA!!!” teriakku. Mukaku pasti sudah merah padam. Apa-apaan aku ini!? Gerutuku dalam hati.

“Diam cempreng!!! Cepat singkirkan tubuhmu itu dari tubuhku!” bentaknya padaku. Segera aku singkirkan tubuhku.

“Gomen, ne Takaki-kun…. Hontouni gomen!” kataku sambil membungkukkan tubuhku. Dan kembali ke posisi berdiri. Dan saat itu pula aku melihat Ice Creamku menempel di seragamnya.

“Huuah…. Gomen, ne. Gomen!” pintaku lagi sambil berusaha menghilangkan noda ice cream itu yang pastinya sia-sia. “Yaah. Kok tambah kotor!?”

“Sudah cukup! Kau ini!!!” dia memasang muka marah. “Sekarang, lepas seragammu!”

“Haah… Nani???? Apa-apaan kau ini!?” apa sich yang dia pikirkan. Ero banget otaknya.

“Buka sendiri atau aku yang buka!” paksanya dengan wajah sangar yang membuatku ngeri juga melihatnya.

“Haah?? Buat apaan???” tanyaku dengan nada kesal sambil melipat kedua tanganku melindungi tubuhku dari serangan yang mungkin akan ia lakukan.

“Emangnya aku bisa masuk kelas dengan seragm kotor seperti ini, cerewet!?” katanya lagi yang sekarang sudah memojokkanku antara tembok dan tubuhnya.

“Emang muat? Baka!”

“Kita nggak akan tau sebelum kita mencobanya.” Dia pasti merasa sudah menang. Tapi maaf. Aku nggak akan mudah kalah begitu saja.

“NEVER…. nggak akan ! titik!” bentakku.

“Okey okey…. Kalau gitu, lakukan apapun untuk mengganti rugi ini!” katanya sambil menunjuk noda coklat bekas Ice Creamku.

“Okey. Sepakat! Apapun boleh kau lakukan kecuali memaksaku untuk melepas seragamku.”

“Apapun?!”

“Ya. Apapun!” bentakku.

“Diam dan jangan bergerak.” Perintahnya. Aku sich nurut-nurut aja. Toh dia nggak bakal membuka paksa seragamku.

‘CUP’

“Eeee….” Aku tak dapat bergutik apapun.

“Ada sisa Ice Cream di bibirmu.” Katanya sambil manatap mataku dan memasang senyum puas yang mengerikan. Lalu meninggalku yang tak dapat berkutat apapun dan masih kaget serta tak percaya dengan kejadian yang baru saja kualami.

“Ciuman pertamaku…. Dengan orang seperti itu!!??” gumamku lirih. Menggerutu sendiri karena orang yang selama ini aku anggap baik ternyata benar-benar ERO.
Kembali sadar, aku hapus bekas ciuman itu dengan tanganku dan segera menuju ke kelas.

“Chiaki sensei!!” baru ingat kalau sekarang jamnya Chiaki sensei. Segera saja aku berlari. Dan sampailah di depan pintu kelas. Segera saja aku masuk. Memelankan langkahku berharap Chiaki sensei tidak menyadariku, karena sekarang dia sedang membaca Koran ditempat duduknya. Namun, situasi berkehendak lain.

“Kitano-san!! Dari mana saja kamu?”

“Tadi jatuh sensei, terus ke UKS. Jadi ya lam…” belum selesai ngomong Chiaki sensei sudah memutuskan seenaknya.

“Alasan saja kau ini. Keluar!!! Dan bersihkan WC sekolah sampai bersih!” perintahnya sambil menekuk tangannya di pinggang.

‘lengkap sudah penderitaanku pagi ini. Belum siang padahal.’ Gumamku pada diriku sendiri.


Yuya’s POV

“Hhmpp…. Lucu juga tuh anak. Tapi cerewetnya minta ampun dah.” Gumamku sambil berjalan setelah kutinggalkan cewek itu. ‘ngomong-ngomng namanya siapa ya? Manis juga tuh anak. Kawaii.’ Pikirku. Kenapa aku palah mikirin cewek cerewet itu sich. Otakku pasti lagi error.
Kuiahat jam pada keitaiku, “Jam 10.00,,, sudah kelewat banyak waktu nich.”. ini semua gara-gara cewek cerewet itu. Masukpun percuma, bakalan disuruh keluar. Mending bolos aja ah….
Aku balikkan tubuhku dan berjalan ke WC sekolah. Cuma mau mencuci muka dan membersihkan bekas Ice Cream ini.

‘Tok Tok Tok’ ada yang mengetuk pintu WC yang kumasuki.

“Sumimasen…. Ada orang di dalam??” tanya seseorang yang terdengar seperti suara cewek bagiku. Kok cewek? Cewek kok bisa berada di WC cowok? Mau nggapain tuh anak?

‘Cklaks’

“Yatta!! Eeh YABAI yabai yabai….. Kyaaaa!!! Gomen, gomen…. Aku nggak liat kok. Bener nggak liat.” Kata cewek itu sambil membungkukkan badannya dan langsung keluar.

‘Cewek itu lagi. Dasar cewek cerewet.’ Gumamku lirih lalu keluar dari WC. Kuliat dia sedang berdiri diluar WC. Sambil membawa alat pel dan ember. Mukanya juga memerah. Kawaii sekali…

“Hei Nona cerewet!! Sedang apa kau dengan peralatan seperti itu?”

“Apa kau bilang!? Nona cerewet!? Hei Tuan ‘Garang’ emang apa urusanmu?” katanya sambil kembali masuk ke dalam WC tersebut. Kuamati langkahnya dan kuikuti sampai dibibir pintu WC. Pasti hukuman dari Chiaki sensei. Dasar, tuh sensei ngasih hukuman itu-itu terus…

“Hhmmpp…” tanpa sadar aku tertawa kecil saat memerhatikannya. Lucu sekali.

“Apa kau liha-lihat!? Pergi sana! Nggak usah ganggu kalau nggak ada niatnmembantu!” katanya galak.

“Kau mau kubantu?” sambil tersenyum licik kudekati cewek cerewet itu.


Minami’s POV

‘Haah….. aku bicara apa tadi!? Nggak ada niat membantu!?
‘Deg deg deg…’ jantungku berdebar tak karuan.
‘apa yang akan ia lakukan lagi padaku?’ perasaanku mulai tak enak. Kugeser sedikit tubuhku ke belakang menghindari sosoknya yang sekarang sudah berada 1 meter di depanku. Tanpa kusadari aku sudah memepet tembok. Dan diapun sekarang sudah berada tepat di depanku. Memojokkanku.

‘BRAK!!!’ dia sedikit memukul tembok tepat disamping wajahku. Dan wajahnya sekarang berada dekat sekali dengan wajahku. Sesekali aku memejamkan mataku. Takut. Jantungku juga berdetak tak normal. Dan aku juga dapat merasakan helaan nafasnya dengan jelas. Kurasakan helaan nafasnya sekarang ada di disamping telingaku.

“Hei nona cerewet….” Katanya membuatku merasa geli. Mukaku pasti merah.
“Kau menyukaiku ya?” kata-kata itu meluncur dengan tepat. Membuatku hanya bisa diam diam dan mematung. Mukaku yang sudah merah pasti tambah memerah. Mukaku panas. Aku tak dapat mengelak kata-katanya. Dari lubuk hatiku, aku memang menyukainya. Tapi kenyataannya, sifat Yuya yang ERO itu yang membuatku tak dapat mengiyakan begitu saja.

“Tid… tidak kok. Kau itu apa-apaan sich??” kupalingkan wajahku. Tak ingin menatap matanya. Aku tak ingin dia mengetahui yang sebenarnya. Tapi mungkin aku salah, dengan memalingkan muka seperti ini palah menandakan bahwa aku memang menyukainya. Tapi jika aku menantang tatapan tajam matanya, mungkin dia akan mengetahui apa yang sebenarnya aku rasakan. Semuanya serba salah sekarang.

“Kalau tidak kenapa kau memalingkan mukamu?” katanya sambil tersenyum penuh kemenangan. Sial licik sekali Yuya!
‘Uuggh…. Apa yang akan kau lakukan Minami??’ tanyaku pada diriku sendiri. Akhirnya kucoba tuk menatap mata tajamnya itu. Cuma beberapa detik. Dan akupun tak kuat.

“Okey…. Aku memang menyukaimu. Puas sekarang!?”kata-kata itu keluar begitu saja dari mulutku. Mukaku mendidih. Merah dan panas. Kulihat wajahnya sedikit memerah saat aku katakana hal itu. Berbeda sekali dengan biasanya. Apakah ini sosok lain dari dirinya.

******


Minami’s POV

Semalaman aku kepikiran tentang kejadian kemarin. Itu sich bisa dibilang pengungkapan cinta. Kau bodoh Minami. Baka! Apa yang harus kulakukan jika aku bertemu dengannya?

Sampai saat ini masih lancar. Syukurlah…. Walaupun kelas kami hanya dipisahkan oleh satu kelas namun dari tadi pagi belum kulihat batang hidungnya.

Ding Dong…..
Bel istirahatpun berbunyi.

“Yumi ke kantin yuk!” ajakku pada Yumi. Sudah menjadi kebiasaan kami, jika bel istirahat berbunyi kami pasti langsung pergi ke kantin membeli Ice Cream. Lebih tepatnya berebut Ice Cream. Hehe

“Uun,, ayo!”

“Waah ramai sekali… Butuh perjuangan nich.” Kataku.

“Ya udah. Kamu pergi beli Ice Cream aja dulu. Aku akan pesan makanan dulu. Udah sana!! Keburu habis lho…. Ganbatte,ne!” katanya padaku.

“Unn”

“Waah…. Sesak sekali di sini. Pamaan!!!! Ice Creamnya masih ada???” tanyaku sambil sedikit berteriak pada paman penjual.

“Ooh… Kitano-san. Chotto matte… nah, ini. Kau beruntung sekali. Tinggal satu ini. Dan ini juga rasa kesukaanmu kan??” kata paman sambil menyerahkan Ice Cream itu kepadaku dan aku hanya dapat tersenyum senang.

“Akh…………” belum juga aku sempat mengambil Ice Creamku, sudah ada tangan yang seenaknya merebut Ice Creamku.
“Hei!!! Itu kan punyaku!” kataku padanya. Dan saat kubalikan badanku.

“Aaaahh…. Hei!” hanya kata itu yang dapat ku ucapkan. “Takaki-kun,,, itu untukmu aja, okey. Jaa….” Kataku padanya dan langsung saja kutinggalkan dia. Aku tidak mau terlalu lama nerhadapan dengannya setelah kejadian itu.



Yuya’s POV

“Eeeh… Kitano-san!! Panggil paman itu kepada cewek cerewet itu.
“ Tumben sekali dia dengan mudahnya menyerahkan Ice Cream kesukaannya pada orang lain!?” kudengar paman bicar seperti itu.

“Eeehh…. Paman ini Ice Cream kesukaannya?” Tanyaku.

“Iya. Dan tumben sekali dia…..” sebelum paman itu menyelesaikan apa yang akan ia ocehkan, segera saja ku bayar Ice Cream ini dan pergi dari kantin paman.

‘Aah itu dia!’ gumamku. Segera saja aku hampiri sosoknya yang sekarang sedang duduk bersama temannya di katin pertama.
“Nich….!! Ah bukan……….ini ice cream mu kan? ah…. Nggak banget deh!” uh aku jadi pusing sendiri dengan diriku sendiri. Mau kasih ice creamnya saja ngapain aku menghafal dialog???. Aku mengusap tepatnya mengacak-ngacak rambutku sendiri.


Minami’s POV

“Mina-chan… gimana? Sukses?” Tanya Yumi padaku yang sudah tak bertenaga ini. Sudah susah pesanya, eeh padahal sudah hamper saja aku dapatkan palah direbut orang. Takaki Yuya segala. Bagaimana bisa aku rebut kembali bila setiap kali bertemu dengannya perasaanku jadi tak tenang.

“Nggak…..” balasku dengan memasang muka lesu.

“Ya udah makan aja yuk! Aku sudah pesan ini untuk kita berdua.” Kata Yumi sambil mengisyaratkan duduk di depannya.

“UUn…” aku pun mengiyakan. Dan tiba-tiba saja….

“Nich….! Seseorang menyodorkan Ice Cream kepadaku.

“Eeee… takaki-ku….” aku kaget akan kedatangannya. Dia hanya kesini untuk menyerahkan Ice Cream yang ia rebut tadi? Tapi kenapa?
“Aaa… Ari… gatou.” Belum sepat aku mengucapkan rasa berterimakasihku, tapi dia sudah menghilang begitu saja.

“Eeee… mina-chan!!!! Nani??? Kau dan si Takaki!?” Tanya Yumi yang juga kaget saat melihat Takaki tadi menyerahkan Ice Cream kepadaku tadi.

“Ah, itu panjang ceritanya…” jawabku singkat.

******

“Haah…. Nani??” kulihat Yumi memasang wajah yang sangat aku tidak suka. Melotot padaku seakan-akan mengejek mukaku yang standar ini.
“Itu sich namanya Takaki suka kamu.” Tambah Yumi.

“Masa’?? “ tanyaku tak percaya padanya.

“Kamu nggak percaya? Ockey, akan kubuktikan. Ayo ikut aku!” ajaknya padaku. Dan aku hanya menurut saja. Aku nggak tahu mau dibawa kemana sekarang.

“Yumi…. Kita mau kemana sich??” Tanyaku penasaran.

“Mencari Takaki Yuya.”

“Haaah….”

“Ah itu dia orangnya!” katanya lagi. Dan kulihat Takaki Yuya sedang duduk di taman dan sedang membaca buku. Komik lebih tepatnya.

“Matte matte matte….. apa yang mau kau lalukan?” tanyaku lirih pada Yumi.

“Sssttt… diam aja. Akan kubuktikan jika Takaki juga suka kamu.” Dan kami pun juga duduk disalah satu kursi kosong yang ada di dekat Takaki-kun.

“Eeeh… Mina-chan! Gimana? Kau menerimanya nggak?” Tanya Yumi nggak jelas. Aku hanya bisa menautkan kedua alisku tanda bahwa aku benar-benar nggak paham apa yang Yumi bicarakan.
“Kemarin kan kamu dapat surat cinta dari Yabu Kota, anak kelas sebelah. Terima saja. Lagian jarang-jarang kan seorang Kitano Minami dengan wajah standard an nggak cantik-cantik di tembak cowok sekeren Yabu Kota. Lagian kamu kan single.” Kata Yumi panjang lebar.

“Sssttt….. Jangan keras-keras.” Kataku pada Yumi. Kulirik Takaki mulai merespon.

“Sekarang pikirkan baik-baik. Yabu tu ya, sudah keren, baik hati, pintar lagi. Kamu sangat beruntung kalau punya cowok seperti itu.” Tambah Yumi.

“Aaaahh…..” Aku nggak tahu mau bilang apa. Kulirik Takaki lagi. Dan sekarang dia memberi sedikit reaksi.

“Bagaimana? Akan kuberitahu dia kalau kamu akan menerimanya.” Kata Yumi sambil menggerakkan jemarinya pada keitainya.

‘Deg’ nich anak serius?

“BRAAK…’ aku dan Yumi sama-sama saling pandang memastikan kejadian yang baru saja terjadi secepat kilat.

“Yabaiiii…. Keitaiku!!!!! Takaki BAKA!” teriak Yumi. Yumi lantas menghampiri keitainya yang berjarak 2 meter karena lemparan paksa Takaki.

“Tidak ada yang boleh memiliki Kitano! Kitano itu milikku!” sekarang mukaku bertambah merah oleh ucapannya yang saat ini sukses membuat seluruh mata di taman melirik pada kami bertiga.

1….2…3….
“Haaaahh….!!!!” Sudah kuduga. Itulah yang keluar dari semua pemilik mulut yang ada di taman yang menambah mukaku seperti kepiting rebus. Kalian bisa bayangkan 'kan apa yang akan terjadi setelah ini?

終わり