Kamis, 16 Februari 2012

Akankah Doa Ini Terkabul [OriFic]

 “Kami-sama, turunkanlah keajaiban untukku.” Sebuah doa terlontar dari kedua sudut bibir gadis bertubuh mungil itu sebelum kedua bola matanya tertutup dan terjaga oleh sang malam.

***

Gemericik air sungai dan semilir angin selalu membuat gadis itu merasa tenang. Entah apa yang selalu ada dipikirannya. Ia selalu saja pergi ke tempat seperti ini. Tempat yang bisa dikatakan – terpencil. Agak jauh dari keramaian kota. Ya... bisa dibilang ini adalah tempat rahasianya. Tempat untuk menenangkan dirinya dari segala perasaan yang akhir-akhir ini membuatnya resah – tak nyaman.
Sendirian. Dia selalu sendirian berada ditempat ini. Duduk sambil memeluk kedua lututnya dibawah pohon oak yang tumbuh ditepi sungai kecil yang beriak. Sesekali ia rebahkan tubuhnya ke rerumputan hijau dan menatap awan-awan putih yang bergerak bebas pada birunya langit.
“Kami-sama, berikanlah kehidupan yang lebih lama untukku.” Tangannya mengatup dan kedua bola matanya tertutup. Berdo’a kepada Kami-sama.
Bukan kemauannya untuk hidup dalam belenggu ketidaknyamanan ini. Ia ingin hidup seperti orang lain pada umumnya. Hidup dalam keadaan normal – sehat.
Namun, apabila Tuhan sudah berkehendak lain, hal yang bisa ia lakukan hanyalah ‘menerima’nya. Menerima kondisinya saat ini dengan lapang dada. Menrima takdir bahwa dirinya harus memiliki sebuah penyakit mematikanini. Leukima.
Bukan hal yang mudah bagi gadis bertubuh mungil berusia 17 tahun ini untuk menerima kenyataan bahwa hidupnya sudah tidak lama lagi. masih banyak hal yang ingin ia lakukan dimasa pubertasnya. Namun, sekali lagi kekuatan fisik menghalanginya. Dari hari kehari fisiknya semakin melemah.
Gadis itu bangkit dan menggerakkan kakinya meninggalkan tempat ia mengasingkan diri. Ia ingin pergi kesuatu tempat tak jauh dari tempatnya sekarang. Tak perlu naik kereta listrik untuk sampai ditempat itu. hanya dengan berjalan kaki sekitar 10 menit ia akan sampai – dilapangan basket. Terlihat beberapa anak sedang memainkan bola. Gadis itu berdiri dibalik pagar kawat yang membatasi lapangan basket tersebut dengan jalan raya. Bola matanya memicing – mencari seseorang.
“Hei lihat aku! Akan kubobol ring kalian!” terdengar teriakan salah satu anak laki-laki yang sedang mendribble bola menuju ring berusaha mencetak poin. Gerakannya lincah dan gesit. Ternyata, gadis itu sedang memerhatikan eksistensi tersebut. Pandangannya hanya terpaku pada sosok itu. Dari kedua sisi bibirnya terlukis sunggingan senyum – manis. Senyum itu keluar ketika ia memandang sosok dibalik pagar kawat ini. Ya, gadis itu tersenyum karena sosok dalam lapangan basket itu.

Senyum.

Senyum itu berubah – menjadi senyuman pahit. Sendu kembali terulas pada wajahnya yang pucat, mengingat bahwa hidupnya tak akan lama lagi. Masihkah ada kesempatan untuk melihat sosok dibalik pagar kawat itu dan memberinya ulasan senyum seperti biasanya? Wajah sendu gadis itu terlihat semakin sendu.
“Kami-sama, dapatkah aku hidup untuk waktu yang lebih lama lagi? Aku ingin melihatnya. Aku ingin  memandangnya lebih lama lagi... Kami-sama, Onegaishimasu." kepalanya tertunduk, bulir air mata mulai keluar. Ia berbalik menyandarkan tubuhnya pada pagar dingin itu. Kedua tangannya melumat ujung baju yang ia kenakan.
‘Kenapa kenyataan ini begitu kejam padaku?’

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar